Thursday, September 27, 2012

BUDIDAYA POHON GAHARU...SIAP-SIAPLAH JADI ORANG KAYA!!..

 
waaahhh ...w.ow


Prospek budidaya pohon gaharu yang menghasilkan resin dinilai amat cerah. Resin tak hanya diminati pembeli lokal tetapi juga luar negeri.
Permintaan yang besar membuat harga resin cukup tinggi. Budidaya gaharu juga dapat dianggap sebagai langkah mendukung konservasi.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lamandau, Joko Marwoto, di Nanga Bulik, Lamandau, Kalimantan Tengah, Selasa (8/5/2012) ini, mengatakan, resin gaharu dari Lamandau sudah dipasarkan ke Banjarmasin, Jakarta, bahkan diekspor antara lain ke Malaysia dan Singapura.
"Saya tidak tahu pasti jumlah resin gaharu yang diproduksi Lamandau. Pemkab Lamandau masih menghitung tapi resin yang diproduksi belum mampu memenuhi permintaan," katanya.
Gaharu merupakan tanaman hutan di Indonesia. Karena itu, membudidayakan gaharu bisa dianggap mendukung pelestarian hutan.
Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Kementerian Kehutanan, Adi Susmianto, menjelaskan, permintaan resin juga datang dari Kuwait. Pembeli dari negara itu bersedia menerima resin hasil aplikasi teknologi dari gaharu yang disuntik dengan harga sebesar Rp 15 juta per kilogram (kg).
Sementara meurut Gubernur Kalteng, Agustin Teras Narang, setiap pohon gaharu yang dibiarkan tumbuh secara alami dapat menghasilkan resin sekitar dua kg. Jika kualitasnya sangat bagus, harga resin sebanyak itu amat tinggi atau mencapai Rp 58 juta.
Bupati Lamandau, Marukan Hendrik, menambahkan, gaharu saat ini sulit ditemukan di hutan, karena banyak ditebang masyarakat yang mencari resin. Kondisi tanah, topografi, dan iklim Lamandau cocok untuk gaharu tapi jika tak dilestarikan akan punah.
"Kami mendorong masyarakat membudidayakan gaharu," katanya.



Gaharu (kata Melayu untuk kayu agar-agar) adalah kayu yang paling mahal di dunia. Hal ini dinilai dalam banyak kebudayaan untuk aroma khas, dan digunakan secara ekstensif dalam dupa dan parfum. Gaharu adalah produk kadang-kadang dua sampai empat genera di Thymelaeaceae keluarga, dengan Aquilaria agallocha, crassna Aquilaria dan Aquilaria malaccensis menjadi tiga spesies yang dikenal terbaik. Nama dari spesies ini berasal dari "aquila" kata latin yang berarti elang. Gaharu dikenal di seluruh banyak negara Asia dan setidaknya 15 jenis pohon Aquilaria dikenal untuk menghasilkan banyak dicari kayu agar. Kayu berharga telah diperdagangkan selama ribuan tahun di seluruh Asia. Dulu sering ditemukan di banyak negara tropis, dari India ke Indonesia (Angela Barden et al.., 2000). A. malaccensis persidangan telah ditanam oleh Sabah Departemen Kehutanan di plot percobaan di Sook, Keningau, Segaluid Lokan dan Sungai Daling, Sandakan dan dengan demikian, laporan ini akan fokus pada A. malaccensis. Theearliest penanaman adalah pada Sook yang ditanam pada tahun 1990 dengan biji yang dikumpulkan secara lokal dari berbagai hutan cadangan.
KEGUNAAN
Agar kayu adalah langka dan terkenal, damar kayu batang mengandung dihasilkan dari pohon-pohon tua dan sakit beberapa spesies Aquilaria yang A. malaccensis, crassna A. dan A. sinensis yang paling penting. Wangi yang dihasilkan oleh pembakaran kayu agar-agar telah sangat bernilai bagi
ribuan tahun, dan penggunaannya sebagai dupa untuk keperluan upacara dalam Buddhisme, Konghucu dan Hindu tersebar luas di seluruh Asia timur dan selatan. Kayu hanya sebagian jenuh dengan resin tapi masih wangi, dan kadang-kadang, kayu yang tersisa setelah distilasi, adalah
dibuat menjadi tongkat disebut 'dupa' atau 'agarbattis' yang dibakar sebagai dupa. Agar minyak kayu adalah minyak esensial yang diperoleh oleh air dan destilasi uap kayu agar, yang digunakan dalam wewangian mewah. dupa ini juga digunakan sebagai obat nyamuk dan obat-obatan. Kayu
pohon undiseased, yang dikenal sebagai 'Karas', sangat ringan dan hanya cocok untuk membuat kotak, konstruksi dalam ruangan terang dan veneer [Angela Barden et al (2000)].


coba di klik aja

http://regional.kompas.com/read/2012/05/08/2320568/Prospek.Budidaya.Pohon.Gaharu.Cerah

No comments:

Post a Comment