About Nai



Tentang Nai
Part. 1
Saya? Aku? Nai?.. Siapa ya? (dalam tulisan-tulisan yang dibaca, mohon maaf mungkin nanti bisa berubah-ubah subjek, orang pertama, kadang saya sebut aku, aku sebut saya, sebut nai atau bisa keceplosan jadi an. Gitu deh.. gapapa ya..)

Alhamdulillah lahir di kampung yang ga kampung-kampung amat, juga ga kota-kota amat. Iya ga mat?
Ya lahir di Desa Banyu Asih kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang propinsi Banten. asli orang banten, karena ibu dari rangkas bitung (lebak-banten) dan abah juga orang mauk(tangerang-banten). Setiap mengenalkan diri dan menyebutkan kata “mauk” saya heran,  kayanya orang-orang banyak yang meng-ernyit-kan dahi mereka membentuk lapisan-lapisan (mungkin sedikit mirip dahinya einstein yang lagi mikir), seolah “mauk” ga ada di peta. tapi pada Akhirnya, merasa bersyukur dan bahagia, lahir ditanah mauk, kehidupan masyarakatnya yang masih sederhana, sesama tetangga masih erat komunikasinya. Pengajian bocah-bocah masih menjamur dimalam hari.



rata-rata pekerjaannya adalah petani dan pedagang. Tapi sedikit miris dan sedih ketika industri mulai banyak berdiri, maka bukan pemandangan yang aneh jika pagi hari, selang subuh, langit masih gelap, udara masih dingin dan sejuk, para ibu-ibu/ pejuang2 wanita lainnya sudah berjejer dipinggir jalan, menanti kedatangan bis karyawan. Ya saat ini mayoritas wanita dikampung kami adalah karyawan lulusan SMA-SMP bahkan SD, Mungkin banyak juga yang belum sempat menamatkan sekolah dasarnya. Disatu sisi memang hebat dan ta’jub dengan kerja keras mereka, tapi hal yang buat miris adalah kondisi seolah terbalik. Seorang ayah seolah menjadi ibu, dan sebaliknya. Saat para ibu/wanita berebut angkot atau bus, para ayah/suami masih banyak yang memilih untuk berselimut nyaman dikasur, menyiapkan sarapan, dan menggendong bocah-bocah mereka yang baru bangun dan merengek karena tersadar sang ibu sudah pergi berangkat kerja. 
Yah..begitulah, kondisi tersebut tidak ada yang patut dipersalahkan, yang ada adalah perbaikan dan pembenahan. Semoga generasi penerus, bisa membawa mauk pada kemajuan ilmu dan agama yang lebih baik.

Lanjut, karena ibu dari rangkas jadi bahasa yang paling dominan dikeluarga sehari-hari ialah bahasa ibu, bahasa sunda. Walopun bahasa di desa secara keseluruhan adalah bahasa jawa (menururt saya jawanya unik. agak-agak mirip bahasa tagalog).

next, “sedikit” cerita riwayat pendidikan:
Alhamdulillah sekarang udah bisa baca huruf alfabet dengan lancar insya Allah, walopun dulu gak sekolah TK. Tapi dampaknya agak sedikit susah spelling.  jadi hal yang lucu bersama kawan-kawan terkasih di pendidikan kimia 2010, ketika berlomba spelling kata-kata yang emang angel alias susah, terinspirasi dari film akeela en de bii . Nah pasti saya kalah dalam turnamen spelling ini, dan alasan saya sederhana: “wajaar saya ga sekolah TK hhe”

Saat Sekolah Dasar

Akhirnya masuk SD Negeri Banyu Asih. deket rumah, deket banget malah paling 124 langkah (jadi dulu, kalo ada yang nakalin saya, saya langsung kabur ke rumah, lapor ibu). Subhanallah masih tercium wangi bedak dan minyak rambut yang selalu ibu pakaikan buatku. Thx lov-lov-lovely mom.. saksikan mulai dari sekarang sampai kelak ku membalasmu dengan upaya maksimalku bu., walau tetap tak akan terbayar dimataMu ya Allah. 


Alhamdulillah, rasa pede mulai terbangun sejak SD. dari pramuka yang sya  ikuti mulai berinteraksi dengan para guru-guru dan banyak kawan. bahagia banget ibuku sewaktu sy masih kelas 1 caturwulan 3, dapet peringkat10 (padahal dulu ga ngerti itu apa maksudnya), tapi karena ibu senyum-senyum, sya jadi ikut girang. Selanjutnya meningkat. hapal sekali urutan rangkingku : kelas 2 tak terisi peringkat di cawu 1,2,3 (engga sedih, belum ngerti jugaJ): kelas 3 alhamdulillah rangking 6,7,5 dimasing-masing cawu. Kelas 4 sudah berganti jadi semester (kalo ga salah) rangkingnya 3,2 dimasing-masing semester. Dan alhamdulillah lagi kelas 5 sampai 6 bertahan di 2-2-2-2. Entah anteng banget diposisi itu, rangking 1 dan 3 selalu bertukar posisi. Yaa  masih ingat, acep fadilah dan jamsari kawan SDku juaranya.

Es-Em-Pe
Allah jodohkan aku dengan SMP Islam Daar El-Arqam, nama gaul sekolah kami Es-Em-Pe ISDA, Alhamdulillah masih berlanjut dengan pramukanya ditambah dengan osis dan team nasyid, bertambah perbekalan sedikit untuk latihan keberanian tuh. Alhamdulillah lagi kayanya peringkat masih masuk 3 besar, hmm.. mulai muncul tuntutan berprestasi dari situ.
Kesan yang tak terlupa saat masa SMP adalah dipenghujung jatah hidup di SMP, yaa kelas IX. Mulai berencana mau masuk SMA yang mana? Dimana? Gimana? Dll deh. Nah Ternyata ada kesempatan beasiswa di insan Cendekia. Ikutlah saya bersama 5 kawan lain(mudah2an ga salah sebut: intan SWKA, Mudammirotul ashnam, insan kamil, Rizal adi mukti) tes di IC serpong berpakaian dengan gamis biru dongker-kemeja putih yang khas tiada duanya yang membuat kami sedikit banyak dilirik. Mungkin mereka ngobrol dalam hatinya: “dari mana nih bocah-bocah pake gamis yang modelnya lurus plek sampe bawah”  (mirip daster ibu hamil, banyak orang yang candain gituh. Huuhf..). tapi kami dan jajaran perangkat sekolah dengan bangga mengapresiasi seragam yang khas ini, dan alhamdulillah masih terjaga sampai sekarang.

Nah, balik lagi ke IC serpong, seletah dinyatakan lulus seleksi berkas dan test di serpong. selanjutnya adalah hal yang mengagetkan saya sampai sekarang, kenangan sesal dan syukur yang kayanya engga akan terlupa yaitu ketika suatu hari dipagi yang cerah, mataharinya anget, awannya biru, anginnya sedikit sepoy, saya sedang bantu ibu (karena kelas IX udah libur, ga sekolah) tiba-tiba (sebenernya ga tiba-tiba juga sih) pak yudi rudiana guru biologi yang jadi bapak pandu se-ISDA bicara singkat by phone “assalamu’alaikum.. an dimana? Kesekolah sekarang. Tuut..tuut” udah.... gitu doang nelponnya.
Ga ada firasat apapun, ternyata pas ke ISDA liat wajah pak yudi yang nyengir-nyengir ditabur kaget dibalut bingung, Cuma menghulurkan tangan memberi amplop putih tebel, nah, akhirnya saya buka, efek paling cepet ya sama kaya pa yudi, yaitu NYENGIR-kaget-SENYUM-bingung-GA NGERTI(kalo pa yudi mah ngerti).
“an kamu lulus di insan Cendekia, selamat yaa. Tapi.. IC yang digorontalo. Kamu pulang kerumah, baca dengan tenang, diskusiin sama orang tua, nanti temui bapak lagi”
Gorontalo?? Dimana itu?? Serem banget dengernya.. kesana naek apa? Sama siapa? Gitu deh. Ga terpikir sebelumnya bisa masuk, karena jujur motivasi dari lingkungan sekitar untuk berkembang masih sangat minim. sehingga banyak informasi penting terabaikan, kesempatan besar terlewatkan, masa depan cerah enggak dijemput. Dan yang nyisa Cuma sesal dan sesak.
Sebenarnya engga banyak hal yang membuat saya akhirnya ga berjodoh dengan IC. Cuma beberapa alasan dan alasan tersebut merujuk ke akar alasan yang sama yaitu tentang... tentang... tentang.. tentang ibu. Ini berat buat saya. Saat itu kayanya saya belum tau banyak hal tentang kesempatan dan pengalaman, belum bisa mempertimbangkan dengan matang, mengambil keputusan apalagi.

Akhirnya saya beritaukan info ini ke om saya, saya pangil beliau dengan sebutan abah. pada saat itu yang saya rasa, beliau sangat peduli dengan pendidikan, “sebaiknya keluar dari kampung yang belum mendukung perubahan, dan tuntutlah ilmu sebanyak-banyaknya”. Beliau BUKAN mengajarkan kita untuk lupa Kampung halaman,tp itu untuk bekal perubahan.  beliau  motivator luar biasa buat ku, beliaulah abah azis (salah satu pendiri yayasan RYDHA) , beliaulah pamanku sekaligus abahku.
Semangat sekali beliau mencari informasi tentang gorontalo, beliau ceritakan profil gorontalo, beliau siapkan tiket pesawat, beliau cek kelengkapan yang dibutuhkan, beliau cek siapa-siapa orang tangerang/jakarta yang lulus ke gorontalo supaya bisa berangkat bareng, pokoknya beliau siap urusin semuanya. Tapi malam itu, malam terakhir daftar ulang,  saya belum bisa ambil keputusan.
“saya masih bocaaaaah” rasanya saya mau menjerit. Bingung harus ngapain. Akhirnya abah kasih kesempatan untuk berpikir lagi. “Besok sms abah, bilang setuju atau tidak karena konfirmasi ke pihak IC gorontalo via Fax, biar abah yang urus” tegasnya..
Setelah abah pulang, dipojok sana ternyata ada yang nangis, ya syifa adik perempuanku nangis dan Cuma bilang “ teh jangan sekolah jauh-jauh”.
He..he senyum terpaksa, dan saya pergi ke kamar, merenung-bingung-akihirnya nangis juga-terus ketiduran.
Esoknya, Dengan berat hati bilang ke abah “engga bah”

oleh-oleh kenangan di SMP :
*juara team nasyid bertahan 2 tahun subhanalah... (tapi tingkat KECAMATAN hehehe..)
*juara 1 tenis meja alias“pingpong” putri di LIGA ISDA.
*Juara 1 cerdas cermat antar kelas, hadiahnya MIE KUAH :D
*yang tak terlupa kawan-kawan kelas 7C,8A,9D yang luar biasa.. petugas piket hari jumat paling Dahsyat- petugas Apel dan Muhadhoroh yang PD jiddan, terimakasih banyak..


bersambung,,
 

No comments:

Post a Comment