Damai yang sederhana episode 2
Seperti
salah satu ceritaku ditafak pe-ka-el.,
Saat
kutulis paper ini aku lagi dengar lagu nasyid EPILOG SORANG HAMBA brother atau muzakkir
gituh, yang sering ku puter dikosan. saat denger ini ada rasa nyaman, seolah
membawa saya ke suatu tempat entah dimanaaa gituh, sunyi, teduh, sejuk, duduk
merindu sendiri, mengenang setiap syukur yang dirasa minim padahal nikmat hidup
yang sangat luar bisa. Juga teringat dosa yang memulau, semakin lebar. Sedang
istghfar pun jauh dari kata maksimal.
Epilog Seorang Hamba..
Bila mentari bersinar terang
Terpancar cahaya surya
Menguji keagungan Tuhan
pencipta
Meresapi kebaikan..
Bila mentari menghilang diri
Terbit bunga kenangan lalu
Tertunduk ku terpasrah
Sering ku mengerti kadang-kala
arus berliku
Oh tuhan ku yang esa ampunilah
hambaMu
Berikanlah ku kekuatan
mengharungi mihnahmu
Ku mohon restu hidayah dariMu
rahmatilah hidupku
Terimalah ooh taubatku
penghapus segala dosaku
Ya karim ya Allah
Ya rahman ya rahiim
Deruan ombak menghempas pantai
Bergelora dipukul badai
Himpunan buih Ditepian
ia tidak berkekalan
Begitulah hidup manusia
Ya..
akhirnya Allah menunjukkan salah satu tempat yang cocok dengan senandung itu,
ketika saya berada ditempat itu, ya seolah masuk ke lagu tersebut. Begitupun sebaliknya,
mendengarkan senandung tersebut membawa kenangan damai di tempat sederhana tapi
istimewa ini, memandang tentramnya langit, terdengar dari masjid sebrang merdu
senandung mujawwad, merasakan segarnya udara, inget Allah terus, itu intinya..
Dimanakah
tempatnya??
Mmmm...
Ya ditempat persis saat saya tulis paper ini, yang saat bersamaan pula saya
putar lagunya. Ya di balkon lantai 3 kosan di jakarta pusat. Di jalan
percetakan negara IX, deket rutan salemba tak jauh dari tempat PKL saya, balkon
yang menghadap matahari tebit, berdampingan dengan masjid yang setiap
menejelang maghrib memutar mujawwad, buat hati ini makin kelaaaaar. Menatap gedung-gedung yang seolah senyum dari kejauhan,
menatap langit yang teduh membiru, pepohon yang seolah sengaja bergoyang diempas
angin yang lembut, saat saya memandangnya. tanahnya pun terasa memberi
kesegaran, entah, seharusnya dirasa banyak polusi konkret dijakarta ini. Tapi
semuanya terasa damai. subhanallah.. Kesunyian yang membahagiakan.
Hmm
bahagia itu sederhana memang. Pastinya dengan kadar tertentu. Maksudnya kalo
saya kelamaan bersunyi-sunyi sendiri di balkon setiap hari tanpa ada aktivitas
dan sahabat yang menemani, ya sepi juga dan akhirnya jenuh pula. Gituh...
Duduk
menikmati kesunyian sejenak,
membawa
kenangan,
membingkai
rindu..
Ada
harapan keciiil, jika/kalau/jikalau/andai/seandainya (seharusnya ga boleh
berandai) yang dirindu datang untuk saling berdiskusi, untuk saling mengingatkan,
untuk saling menguatkan dijalan ini. Makinlah saya bingung mendeskripikan menguadratnya
suasana kelar dihati ini. (mungkin)
et.balkon lantai 3 jl.percetakan
et flyover cilenggang kebon nanas (gadapet gambarnya)et masjid ga tau namanya, di puncak bandung (sampingnya ada taneman wortel, sejuh berawan)
et belakang rumah (menghadap sawah, pohon pisang, jaln raya, makam keluarga)
_damai yang sederhana(tempat2 yang adem)
Paper
ini Cuma curahan hehe. Kalau tak membawa manfaat, jangan ambil poin kesiaannya.
Masih
dengar epilog seorang hamba, masih dibalkon lantai 3, ditemani gerimis yang
subhanallaah...
Terimakasih
buat sang Pencipta yang mengizinkan setiap hambanya menikmati setiap keindahan.
*Naihai
0207132129
No comments:
Post a Comment