Thursday, September 12, 2013

De-Ye-Es







Damai yang sederhana episode 2
Seperti salah satu ceritaku ditafak pe-ka-el.,
Saat kutulis paper ini aku lagi dengar lagu nasyid EPILOG SORANG HAMBA brother atau muzakkir gituh, yang sering ku puter dikosan. saat denger ini ada rasa nyaman, seolah membawa saya ke suatu tempat entah dimanaaa gituh, sunyi, teduh, sejuk, duduk merindu sendiri, mengenang setiap syukur yang dirasa minim padahal nikmat hidup yang sangat luar bisa. Juga teringat dosa yang memulau, semakin lebar. Sedang istghfar pun jauh dari kata  maksimal.
Epilog Seorang Hamba..
Bila mentari bersinar terang
Terpancar cahaya surya
Menguji keagungan Tuhan pencipta
Meresapi kebaikan..

Bila mentari menghilang diri
Terbit bunga kenangan lalu
Tertunduk ku terpasrah
Sering ku mengerti kadang-kala arus berliku

Oh tuhan ku yang esa ampunilah hambaMu
Berikanlah ku kekuatan mengharungi mihnahmu
Ku mohon restu hidayah dariMu rahmatilah hidupku
Terimalah ooh taubatku penghapus segala dosaku

Ya karim ya Allah
Ya rahman ya rahiim

Deruan ombak menghempas pantai
Bergelora dipukul badai
Himpunan buih Ditepian
 ia tidak berkekalan
Begitulah hidup manusia

Ya.. akhirnya Allah menunjukkan salah satu tempat yang cocok dengan senandung itu, ketika saya berada ditempat itu, ya seolah masuk ke lagu tersebut. Begitupun sebaliknya, mendengarkan senandung tersebut membawa kenangan damai di tempat sederhana tapi istimewa ini, memandang tentramnya langit, terdengar dari masjid sebrang merdu senandung mujawwad, merasakan segarnya udara, inget Allah terus, itu intinya..
Dimanakah tempatnya??









Mmmm... Ya ditempat persis saat saya tulis paper ini, yang saat bersamaan pula saya putar lagunya. Ya di balkon lantai 3 kosan di jakarta pusat. Di jalan percetakan negara IX, deket rutan salemba tak jauh dari tempat PKL saya, balkon yang menghadap matahari tebit, berdampingan dengan masjid yang setiap menejelang maghrib memutar mujawwad, buat hati ini makin kelaaaaar. Menatap gedung-gedung yang seolah senyum dari kejauhan, menatap langit yang teduh membiru, pepohon yang seolah sengaja bergoyang diempas angin yang lembut, saat saya memandangnya. tanahnya pun terasa memberi kesegaran, entah, seharusnya dirasa banyak polusi konkret dijakarta ini. Tapi semuanya terasa damai. subhanallah.. Kesunyian yang membahagiakan.
Hmm bahagia itu sederhana memang. Pastinya dengan kadar tertentu. Maksudnya kalo saya kelamaan bersunyi-sunyi sendiri di balkon setiap hari tanpa ada aktivitas dan sahabat yang menemani, ya sepi juga dan akhirnya jenuh pula. Gituh...

Duduk menikmati kesunyian sejenak,
membawa kenangan,
membingkai rindu..
Ada harapan keciiil, jika/kalau/jikalau/andai/seandainya (seharusnya ga boleh berandai) yang dirindu datang untuk saling berdiskusi, untuk saling mengingatkan, untuk saling menguatkan dijalan ini. Makinlah saya bingung mendeskripikan menguadratnya suasana kelar dihati ini. (mungkin)
et.balkon lantai 3 jl.percetakan
et flyover cilenggang kebon nanas (gadapet gambarnya)
et masjid ga tau namanya, di puncak bandung (sampingnya ada taneman wortel, sejuh berawan)
et belakang rumah (menghadap sawah, pohon pisang, jaln raya, makam keluarga)
_damai yang sederhana(tempat2 yang adem)

Paper ini Cuma curahan hehe. Kalau tak membawa manfaat, jangan ambil poin kesiaannya.
Masih dengar epilog seorang hamba, masih dibalkon lantai 3, ditemani gerimis yang subhanallaah...
Terimakasih buat sang Pencipta yang mengizinkan setiap hambanya menikmati setiap keindahan.

*Naihai 0207132129

No comments:

Post a Comment